Ruang Terbuka Hijau Kota

Setelah lama menghilang dari peredaran akhirnya sempat nge-posting lagi di blog yang tidak seberapa ini (eh). Kali ini saya akan membahas mengenai ruang terbuka hijau kota yang belakangan ini lagi nge-trend di kalangan pemerintah kota-kota di Indonesia untuk memenuhi UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang yang mengamanatkan perencanaan tata ruang wilayah kota harus memuat rencana penyediaan dan pemanfaatan RTH yang luas minimalnya sebesar 30% dari luas wilayah kota.

Central Park, New York City

Secara sistem, ruang terbuka hijau kota pada dasarnya adalah bagian dari kota yang tidak terbangun, yang berfungsi menunjang kenyamanan, kesejahteraan, peningkatan kualitas lingkungan dan pelestarian alam, dan umumnya terdiri dari ruang pergerakan linear atau koridor dan ruang pulau atau oasis (Spreigen, 1965). Pendapat tersebut juga ditunjang oleh Krier (1975) yang menyatakan bahwa ruang terbuka terdiri dari path dan room, sebagai jalur pergerakan dan yang lainnya sebagai tempat istirahat, kegiatan, atau tujuan. Hal yang sama dinyatakan oleh Gosling (1989) bahwa ruang terbuka di dalam kota dapat berbentuk man made and natural yang terjadi akibat teknologi seperti koridor jalan dan pejalan kaki, bangunan tunggal dan majemuk, hutan kota, aliran sungai, dan daerah alamiah yang telah ada sebelumnya. Pada dasarnya ruang terbuka kota merupakan totalitas kesatuan yang memiliki keterkaitan dan dapat digunakan sebagai suatu sistem orientasi.

Mengingat cakupan fungsinya yang cukup luas, maka ruang terbuka memiliki arti penting bagi kesehatan, kesejahteraan, keamanan, dan mampu mendatangkan spirit, kebanggan melalui penampilannya, sedangkan menurut klasifikasinya dapat dibagi atas: utility open space, green open space, corridor open space, multiuse classification (De Chiara, 1982).

Ruang terbuka kota banyak menentukan pola bentuk dan tatanan ruang kota untuk tujuan kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan peningkatan kualitas lingkungan serta pelestarian alam.

Secara rinci sistem ruang terbuka kota dapat diuraikan sebagai berikut:
  1. Ruang terbuka untuk kaitan produksi, terdiri dari lahan untuk kehutanan, pertanian, produksi mineral, sumber air, komersial, dan rekreasi.
  2. Ruang terbuka untuk preservasi sumber daya alam dan manusia, terdiri dari rawa untuk habitat tertentu, hutan sebagai kehidupan satwa, bentukan geologi, batu karang, tempat-tempat bersejarah, dan pendidikan.
  3. Ruang terbuka untuk kesehatan dan kesejahteraan umum, terdiri dari lahan untuk melindungi kualitas air, ruang untuk penimbunan sampah buangan, ruang untuk memperbaiki kualitas udara, area rekreasi, area untuk menyajikan efek visual yang menarik (bukit, pegunungan, lembah, danau, dan pantai.
  4. Ruang terbuka untuk keamanan umum, terdiri dari waduk pencegahan banjir dan lapangan terbang.
  5. Ruang terbuka sebagai koridor terdiri dari koridor kabel tegangan tinggi, koridor jaringan pipa, bantaran sungai, dan jaringan transportasi kereta api.
Kebun Raya Bogor

Penataan ruang terbuka hijau kota secara tepat akan mampu berperan meningkatkan kualitas atmosfer kota, penyegaran udara, menurunkan suhu kota, menurunkan kadar polusi udara, dan meredam kebisingan (noise pollution). Penelitian Embleton (1963) menyatakan bahwa 1 hektar ruang terbuka hijau dapat meredam suara pada 7dB per 30 meter jarak dari sumber suara pada frekuensi kurang dari 1000 CPS atau dalam penelitian Carpenter (1975) dapat meredam kebisingan 25% hingga 80%.

Selain dapat mengurangi kebisingan, ruang terbuka hijau yang didominasi oleh tumbuhan hijau memiliki pengaruh yang besar terhadap kualitas udara kota. Tanaman dapat menciptakan iklim mikro, yaitu adanya penurunan suhu sekitar, kelembaban yang cukup, dan kadar oksigen yang bertambah. Menurut hasil penelitian Gerakls, 1 hektar ruang terbuka hijau dapat menghasilkan 0,6 ton oksigen untuk konsumsi 1.500 orang per hari.

Kota yang baik tentu seyogyanya dapat menyajikan kebutuhan yang berhubungan dengan kenyamanan dan kualitas lingkungan pada tingkat kewajaran sesuai dengan standar hidup sehat bagi warga kota.


Bibliografi:
Tambunan, Rudy P. 1994. makalah Pola Ruang Terbuka Hijau dan Ekosistem Jakarta.
Carpenter, 1986. Plant in the Landscape.
Irawati, Dian. 1997. dalam makalah Tanaman Pelindung pada Perancangan RTHK.
Hakim, Rustam. 2002. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap, Prinsip, Unsur dan Aplikasi Desain.

My Life as Planology Student at Hasanuddin University #semester_1 (part 2)

—Wednesday

Hari Rabu, hari yang cukup berat dengan rentetan jam kuliah yang bersambung, mulai dari pagi hingga sore hari. Paginya waktu datang ke kampus dengan wajah segar berbinar, pas sorenya waktu pulang dengan wajah lesu dan gerah. Tetapi dengan adanya toilet yang dilengkapi fasilitas cermin dan wastafel, setidaknya kondisi di waktu sore bisa diatasi.

Kembali ke topik. Mata kuliah pertama adalah Statistik, yang mana pada saat itu bermuatan 3 sks. Ya, 3 sks loh. Jumlah yang dapat dikatakan tidak sedikit, dan memberikan pengaruh yang cukup besar pada indeks prestasi. Tak lepas dari yang namanya indeks prestasi, tentunya harus ada proses dalam meraih semua itu. Dan Statistik berhasil membuat jari-jari penulis menjadi kapalan oleh karena genggaman pulpen selama beberapa jam berturut-turut. Yeah, tugas yang baru diberikan tadi, eh, besoknya sudah harus dikumpul. Mana tugasnya pun bejibun kayak tumpukan pakaian kotor seminggu. Tetapi bagaimanapung juga, ups, maksudnya bagaimanapun juga, semua itu harus dijalani untuk menjadi seorang planner yang mampu mengolah data dengan baik.

Dalam mata kuliah Statistik, akan dipelajari apa itu data, jenis-jenis data, dan apapun yang berkaitan dengan yang namanya 'data', berikut pengolahannya dan pendeskripsiannya. Berdasarkan pengalaman penulis, data yang dipakai masih berupa data sekunder (data yang sudah ada) yang didapat dari Badan Pusat Statistik setempat. Sudah pasti mata kuliah ini akan sangat diperlukan untuk menyangga mata kuliah lain di semester atas. Dan lagi, yang namanya PWK/Planologi tidak akan jauh-jauh dari yang namanya 'data'. Jadi saran penulis adalah bersahabatlah dengan 'data'. Jangan pernah menganggap data sebagai momok, subjek keluhan, atau bahkan musuh bebuyutan (yang ini paling tidak disarankan). Akhir kata (khusus statistik ini yah), selamat bersendagurau dengan 'data'. 

Setelah Statistik, masih ada mata kuliah yang juga tidak kalah keren. Pengantar Perencanaan Wilayah dan Kota namanya. Bagi mahasiswa PWK, mata kuliah ini mungkin yang paling ada kaitannya dengan ilmu ke-PWK-an. Hal itu tampak jelas dari namanya yang secara vulgar menyebutkan PWK. Khusus mata kuliah ini, akan dipelajari dasar-dasar mengenai perencanaan, istilah-istilah dalam perencanaan, dan beberapa teori-teori perencanaan. Normalnya, siapapun yang dulu semasa SMA menyukai pelajaran Biologi, Fisika, Geografi dan PKn, dijamin tidak akan kesulitan dalam mempelajari mata kuliah ini. Tau kenapa? Silahkan kalian cari tahu sendiri yah (jangan cari tempe). Dan kalau beruntung, mata kuliah ini ada surveinya juga.

Tips untuk melulusi mata kuliah ini dengan nilai tinggi adalah sebagai berikut: Rajinlah menghadiri mata kuliah ini dan mengisi daftar hadir (jangan sampai saking bersemangatnya mengikuti mata kuliah ini, kalian jadi lupa mengisi daftar hadir). Kedua, hormati dan hargai dosen yang mengajar (sudah pasti). Ketiga, banyak-banyak main sudoku (waduh, kalau ini secara tidak langsung mempengaruhi cara berpikir kalian agar materi yang disampaikan dengan mudah terserap oleh otak, dan juga daya ingat kalian)

Eits, kuliah hari ini belum selesai. Masih ada satu mata kuliah yang sebagian besar mahasiswa-mahasiswi PWK men-judge-nya sebagai mata kuliah paling berbahaya. Dan berdasarkan pengalaman penulis, percaya tidak percaya, banyak yang membenci mata kuliah ini loh. Kalkulus. Sudah susah, 3 sks, mahal bukunya pula. Masih berdasarkan pengalaman penulis, bagi penikmat Matematika, Fisika, Astronomi, dan Ekonomi, Penulis yakin kalian akan diborongi oleh teman-teman kalian, paling cepat semalam sebelum pengumpulan tugas Kalkulus, dan paling lambat ketika beberapa menit sebelum pengumpulan tugas (di kampus). Khusus PWK, kalkulus yang dipelajari adalah turunan, integral, hingga penghitungan luas wilayah. Umumnya penghitungan volume tidak akan diajarkan, minimal hanya sebagai materi pengaya.

Untuk melulusi mata kuliah Kalkulus yang berbobot 3 sks dengan nilai tinggi, disarankan untuk berteman baik dengan teman-teman kalian yang pandai berhitung. Ups, maksudnya disarankan untuk memperhatikan materi yang disampaikan oleh dosen, dan kalau masih bingung, jangan malu-malu untuk bertanya. Harus dipastikan kalian mengerti betul sebelum pindah ke materi selanjutnya. Kalau memang tidak bisa lagi, silahkan hubungi nomor dibawah ini:

Setelah Kalkulus, maka selesailah kuliah hari ini. Pesan penulis, jangan takut dan mengeluh dengan tugas-tugas, tetapi anggaplah tugas-tugas sebagai suatu tantangan yang mau tidak mau harus diselesaikan secara maksimal dan tidak setengah-setengah. :)

BBM : Bahan Bakar Minyak atau Bahan Bakar Masyarakat?

Ilustrasi

BBM, BBM, dan BBM. Tiga huruf inilah yang belakangan ini rajin menghiasi layar-layar televisi, mengudara melalui siaran radio, dan dengan angkuhnya menjadi headline di media-media cetak beberapa hari belakangan ini. Ya, kenaikan BBM. Bicara mengenai kenaikan BBM, ada yang setuju, dan ada yang tidak setuju. 

Sebagai negara demokrasi yang menjunjung tinggi kebebasan berpendapat, maka tak heran rakyat sering kali menunjukkan aspirasinya dengan cara berdemo di pinggiran jalan raya, di gedung-gedung pemerintahan, bahkan tak jarang berdemo di tengah jalan sehingga mengganggu pengguna jalan lain yang juga membayar pajak infrastruktur jalan tersebut. Tak jarang pula demo berujung kericuhan dan anarkisme, yang notabene bukanlah budaya asli ras manusia. Entah manusia apa yang masih terpikirkan untuk melakukan hal keji dan barbar seperti itu.

Mari kita lihat cuplikan berita berikut.


Demo Tolak Kenaikan BBM di Lamongan Ricuh, Satu Mahasiswa Diamankan

Ilustrasi demo ricuh

Lamongan - Aksi ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) se Tuban, Bojonegoro dan Lamongan, menolak BBM berakhir ricuh. Seorang mahasiswa diamankan karena dianggap provokator.

Awalnya, aksi mahasiswa di sekitar Tugu Adipura Lamongan yang berlangsung amann. Kericuhan terjadi setelah mahasiswa membakar sejumlah poster berisi tuntutan di tengah jalur poros Surabaya-Lamongan.

Polisi yang hendak memadamkan api kemudian merangsek para mahasiswa sehingga kericuhan pun tak bisa dihindari. Polisi dan mahasiswa pun kemudian terlibat baku hantam sehingga sejumlah mahasiswa mengalami luka lebam.

Kericuhan berlanjut saat polisi mengamankan salah seorang mahasiswa peserta aksi karena dianggap sebagai provokator. Sementara, mahasiswa yang mengalami luka lebam kemudian dibawa ke pinggir jalan poros untuk diobati.

Polisi kembali mengamankan mahasiswa saat massa mencoba menduduki Tugu Adipura yang tak jauh dari aksi mereka. Aksi dorong antara mahasiswa dengan petugas pun tak bisa dihindari.

Dalam aksinya, ratusan mahasiswa ini menolak rencana pemerintah untuk menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada 17 Juni mendatang. Mahasiswa beralasan, kenaikan harga BBM akan menyengsarakan masyarakat miskin.

"Kenaikan harga BBM akan mendorong efek domino sehingga harga-harga kebutuhan pokok pun ikut terkerek naik," tegas Safaat, korlap aksi di lokasi, Kamis (13/6/2013).

Safaat mengatakan, mereka juga menuntut agar Presiden SBY dan Wapres Boediono untuk mundur karena dinilai gagal menyejahterakan Rakyat. "Kami akan beraksi dengan massa yang lebih besar lagi jika pemerintah benar-benar menaikkan harga BBM," teriaknya.

Aksi yang dilakukan para mahasiswa ini juga membuat jalan poros Surabaya-Lamongan tersendat selama beberapa saat. Pasalnya, para mahasiswa ini melancarkan aksinya di tengah jalur poros Surabaya-Lamongan yang sedang dipadati kendaraan bermotor (fat/fat)




Seperti itulah pemandangan sehari-hari di berbagai media bila dikaitkan dengan isu kenaikan BBM. Demo yang berujung kericuhan, saking egoisnya sehingga akal sehat tidak jalan. Ada yang menutup jalan raya, dimana mereka tidak berpikir kalau ada orang sekarat di jalan yang mau menuju rumah sakit, tidak tertolong karena terlalu lama di jalan, pada akhirnya orang sekarat itu meninggal. Ada pula yang merusak kampus sendiri, yang mana kampus adalah sarana untuk mahasiswa menimba ilmu, eh, ujung-ujungnya dihancurkan karena keegoisan dan kepuasan pribadi, tanpa memikirkan orang lain dan investasi dari uang rakyat yang digunakan untuk membangun kampus tersebut. 

Entah apa alasannya sehingga mereka rela melakukan hal-hal tersebut, apakah ada pihak yang mencoba menarik simpati masyarakat menggunakan politik praktis menjelang pemilu 2014? Ataukah hal itu murni berasal dari dalam diri pendemo yang risih dengan kenaikan BBM bersubsidi, ataupun hal itu karena kesombongan semata sebagai seorang mahasiswa?

Mari kita lihat pendapat saudara kita dari timur Indonesia berikut ini.

Sungguh ironis memang, sama-sama Indonesia, tetapi mendapat pelayanan yang berbeda. Sungguh beruntung saudara-saudara kita di Papua sana masih patuh terhadap pemerintah, disaat infrastruktur kurang memadai dan pelayanan pemerintah dapat dikatakan sangat minim. Berbeda dengan saudara-saudara kita yang dekat dengan ibukota negara, dimana mereka sudah dimanja dengan berbagai jenis infrastruktur modern dan pelayanan publik yang mudah, tetapi masih saja membandel, angkuh dan sombong. Siapa yang sebenarnya patut disalahkan? Hanya Tuhan yang tahu. Asalkan substansi BBM tidak berubah menjadi Bahan Bakar Masyarakat, semua akan baik-baik saja.

My Life as Planology Student at Hasanuddin University #semester_1

Sebagai mahasiswa Planologi atau dikenal juga dengan nama PWK (di Unhas disebut Pengembangan Wilayah dan Kota), tentunya tak lepas dari yang namanya Photo-photo, Wisata, Kuliner (PWK juga), ups, maksudnya kuliah (kalau yang ini sudah pasti), survey, jurnal, laporan, hingga presentasi. Berbicara tentang kuliah, kalau di Unhas waktu semester pertama ada delapan mata kuliah yang pastinya harus dilulusi semua. Pada dasarnya di semester pertama, ada dua macam mata kuliah. Yang pertama disebut Mata Kuliah Umum (MKU) yang kedua mata kuliah prodi.

Kampus Fakultas Teknik Unhas Gowa (1 tahun lalu)

Untuk MKU, di semester pertama khusus prodi PWK, ada Bahasa Indonesia dan Wawasan IPTEKS. Sedangkan untuk mata kuliah prodi, ada Studio Pemetaan, Statistik, Kalkulus, Pengantar Perencanaan Wilayah dan Kota, Sejarah Perencanaan Wilayah dan Kota, dan Sistem Sosial Kependudukan. Nah, disinilah uniknya yang namanya Teknik Pengembangan Wilayah dan Kota. Ada yang bilang ini prodi gado-gado, dimana semua subjek mulai dari matematika hingga sosiologi bercampur jadi satu. Ada pula yang bilang kalau PWK itu IPSnya Fakultas Teknik. Bagaimana tidak, disaat prodi lain mempelajari ilmu alam dan terapannya, PWK mempelajari sosiologi, ekonomi, hingga geografi. Namun dari pandangan penulis sendiri, PWK tidak kehilangan sisi keteknikannya, dimana ilmu-ilmu sosial yang dipelajari hanya sebagai penunjang dan pelengkap, mengingat lapangannya PWK ada di masyarakat sendiri.

Nah, berikutnya penulis akan menceritakan satu demi satu perjalanan penulis sendiri ketika menjalani setiap mata kuliah di semester satu hingga berhasil mencapai Indeks Prestasi yang membuat mama tidak rugi menguliahkan anaknya (cieee).


Tuesday

Hari pertama kuliah dalam setiap minggu, pasti ada yang bertanya, kenapa bukan hari senin? Begini, waktu zamannya penulis, mata kuliah yang diadakan dihari selasa adalah Studio Pemetaan. Pada dasarnya Kelas untuk Studio Pemetaan dibagi dua, kelas A dan kelas B. Kebetulan waktu itu penulis masuk kelas A, dan diadakannya di hari selasa. Sebenarnya hal ini tidak penting-penting amat sih, toh kuliahnya tetap muatannya sama. Yeah, Studio Pemetaan, 4 sks. Studio Pemetaan dulunya dikenal dengan nama studio 1, yang mana masih ada rangkaian studio-studio lanjutan di semester-semester berikutnya. Syarat untuk mengambil studio-studio berikutnya adalah mahasiswa harus lulus dalam studio pemetaan (studio pertama). Kalau tidak lulus, jangan harap dapat mengambil studio-studio lanjutan di semester berikutnya.

Studio gambar Teknik PWK

Untuk Studio Pemetaan sendiri, mahasiswa diwajibkan membawa berbagai jenis pensil, mulai dari 2H, HB, B, 2B, hingga 4B. Masing-masing pensil memiliki fungsi tersendiri dalam menggambar peta. Satu hal yang paling membekas di hati dan pikiran setiap mahasiswa PWK Unhas adalah menggambar garis lurus tanpa terputus, secara manual, tanpa menggunakan penggaris. Kertas A4 dan A3 menjadi kanvasnya. Garis lurus landscape, portrait, hingga diagonal, dari ujung kertas yang satu ke ujung kertas yang lain, dengan jarak antar garis terhitung dalam satuan millimeter. Bisa dibayangkan betapa sulitnya itu. Namun mau tidak mau, untuk menjadi Planner berkualitas, tentunya semua itu harus dijalani. Tips yang dapat penulis berikan adalah anggaplah bahwa semua itu adalah tantangan. Jangan pernah mengeluh dengan hal sekecil itu. Toh ini baru awal dari serangkaian tantangan-tantangan lainnya.

Dalam mata kuliah Studio Pemetaan, diajarkan pula bagaimana membuat grid untuk peta, konsep skala, menggambar peta secara manual (dengan tangan), hingga memetakan suatu wilayah/satu blok kota. Nah, yang disebutkan terakhir tadi umumnya dilakukan dengan cara survey pengukuran, dimana setiap bangunan yang ada dalam blok itu diukur panjang dan lebarnya. Panjang dan lebar jalan juga diukur, jarak antar tiang listrik, posisi pohon, hingga drainase juga diukur. Dan kegiatan survey selalu berakhir dengan sesi Photo-photo, Wisata, Kuliner. Apalagi bagi yang tempat surveynya di tempat-tempat seperti pinggiran Anjungan Pantai Losari, Rotterdam, dan sebagainya. Pokoknya seru deh.


Lokasi survey pemetaan penulis waktu semester 1 (1 blok)

Untuk mendapat nilai A, pertama-tama yang harus dilakukan adalah patuh pada dosen (pastinya). Berikutnya adalah utamakan latihan membuat garis dan cobalah untuk menyatu dengan pensil. Penggunaan jenis pensil yang tepat juga berperan besar dalam penilaian, terutama ketika menggambar peta. Misalnya pensil 4B atau yang lebih tebal lagi tidak mungkin digunakan untuk menggambar garis kontur, dsb. Atribut peta juga memainkan peran dalam penilaian. Jadi pastikan ketika menggambar peta, jangan pernah melupakan yang namanya judul peta, legenda, skala, arah mata angin, dll. Dengan melakukan sederet hal tersebut, dijamin nilai A sudah ada dalam genggaman.

Peta Kota Osaka (hasil kerja penulis)

Mata kuliah di hari berikutnya akan dilanjutkan di lain waktu. Masih banyak pengalaman dan tips-tips lain yang akan diceritakan di tulisan-tulisan berikutnya. Akhir kata, salam perencana!

Dampak Jalur Kereta Makassar-Parepare terhadap Pendistribusian Barang



Mobilitas barang hasil bumi dan hasil industri dari setiap daerah yang berada di kawasan Ajatappareng (Kota Parepare, Kabupaten Barru, Kabupaten Sidrap, Kabupaten Enrekang, Kabupaten Pinrang) saat ini didistribusikan ke daerah-daerah konsumen melalui jalur darat dan jalur laut. Sebagian besar hasil perkebunan dari Kabupaten Enrekang sampai saat ini masih didistribusikan melalui jalur darat menuju pelabuhan Parepare, baru setelah itu diangkut ke Makassar dan Kalimantan melalui jalur laut. Oleh karena lamanya proses distribusi, sekitar tiga puluh sampai lima puluh persen sayuran yang diangkut rusak dan membusuk. Angka kerusakan akan meningkat jika terjadi cuaca buruk yang mengganggu lalu lintas laut. 

pelabuhan parepare

Untuk itu diperlukan suatu moda transportasi yang lebih efisien dalam mengangkut muatan dalam jumlah besar dan waktu tempuh yang singkat. Kereta adalah salah satu jenis sarana transportasi yang memenuhi dua persyaratan tersebut. Dampak langsung dari realisasi jalur kereta yang menghubungkan Kota Parepare selaku pusat dari kawasan Ajatappareng (KAPET Parepare) dengan Kota Makassar adalah berkurangnya waktu tempuh. Dengan jarak antara Kota Parepare dan Kota Makassar, 153 kilometer, perjalanan darat menggunakan mobil memakan waktu sekitar tiga jam, dengan asumsi kecepatan rata-rata 50 km/jam. Jika menggunakan kereta dengan asumsi kecepatan 90 km/jam, maka waktu yang ditempuh adalah 100 menit. Dengan waktu yang singkat seperti itu, maka mobilitas barang dari Kota Parepare menuju Kota Makassar dan sebaliknya akan meningkat. Imbasnya, pertumbuhan ekonomi di kedua Kota tersebut akan meningkat, diiringi dengan peningkatan produktivitas manusianya. Bukan hanya kedua kota tersebut yang meningkat perekonomiannya, namun kabupaten-kabupaten sekitarnya juga akan terkena getah dari adanya jalur kereta tersebut. 

ilustrasi kereta api

Efek terbesarnya adalah peningkatan perekonomian Kawasan Ajatappareng sebagai produsen hasil bumi dan hasil industri, dan peningkatan perekonomian Kawasan Mamminasata (Makassar, Maros, Sungguminasa, Takalar) sebagai konsumen hasil bumi dan industri, yang masih dapat diolah lagi di pabrik-pabrik besar yang ada di Kawasan Industri Makassar.
Disini ada hubungan perdagangan yang saling menguntungkan, terutama bagi kawasan Ajatappareng yang berfokus sebagai kawasan agropolitan dengan kualitas hasil bumi yang tergolong tinggi. Sayuran yang diproduksi di enrekang akan selamat sampai di tujuan dengan tingkat kerusakan minimum, pemasaran hasil industri gula merah dan mebel semakin mudah, hingga distribusi beras ke pelabuhan Makassar akan jauh lebih cepat sehingga dapat langsung di ekspor ke pulau-pulau lain yang menjadikan pelabuhan Makassar sebagai tempat transit (khususnya di wilayah Indonesia Timur). Dibandingkan dengan perjalanan laut dari pelabuhan Parepare ke pelabuhan Makassar yang memakan waktu 6-8 jam, jauh lebih cepat jika menggunakan jalur kereta yang hanya memakan waktu 100 menit.
Dampak kedua adalah muatan kereta yang jauh lebih besar jika hanya menggunakan truk dalam pendistribusian barang. Dengan kapasitas angkut tiap rangkaian kereta barang yang mencapai 800 ton, banyak sedikitnya muatan yang ingin didistribusikan tidak lagi menjadi hambatan. Lalu lintas pendistribusian barang menjadi lebih ramai, yang ujung-ujungnya adalah meningkatnya aktivitas perekonomian.

Blogger news